#DetektifSETIPE : Bosan, Atau Hilang Perasaan?

setipedotcom-advice-marsha-habib-detektif-setipe-bosan-atau-hilang-perasaan

Karena bosan dan panik itu dua-duanya manusiawi

 

Dalam kurun waktu satu minggu penuh, SETIPE.COM akan berperan sebagai detektif (anggap saja ini adalah Sherlock Holmes yang sedang mencoba menyelediki kasus percintaan, karena bosan dengan kasus kriminal) karena banyaknya kasus yang belum dipecahkan oleh kalian semua. Banyak yang menganggap, hanya karena kasus percintaan itu berhubungan dengan perasaan, akal sehat perlu ditinggalkan. Salah total. Ingat, usia kita berjalan terus, dan sudah tidak sepantasnya kita berperilaku seperti anak-anak yang baru puber. Mari kita melatih logika untuk bekerja sama dengan perasaan. Bergeraklah dengan matang.

Disclaimer: Detektif hanya bertugas untuk menyelidiki dan memberikan pilihan solusi. Ingat, saya bukan Tuhan atau dewi cinta. Kelanjutan dari hubunganmu itu tergantung oleh restu Tuhan dan usaha dari kalian berdua.

 

Kasus #2 > Pelaku: Kamu dan Pacar 

Kasus kedua yang akan saya selidiki adalah mengenai pasangan yang merasa bosan. Ya, bosan, hal yang kita semua pernah rasakan. Kita tahu bosan itu manusiawi dan wajar, tetapi mengapa ketika menyangkut dengan hubungan percintaan, kata bosan itu terkadang dianggap sebagai akhir dari dunia?

 

Kasus:

Kamu dan pacarmu telah menjalani hubungan selama lebih dari 2 tahun. Usia hubungan yang cukup lama, biar pun memang belum lama kalau dibandingkan dengan usia pernikahan ayah ibumu. Kalian selalu menghabiskan waktu bersama, mengobrol setiap saat via WhatsApp dan hangout dengan orang-orang yang sama. Teman-temannya = teman-temanmu, dan sebaliknya. Hal yang cukup menguntungkan, kalau dipikir-pikir.

Hubungan kalian termasuk cukup sehat. Yah, paling tidak, kalian jarang bertengkar. Pacarmu adalah orang yang santai dan menghindari konflik, jadi kamu juga tidak terlalu punya banyak ruang untuk ‘mencari perkara’. Orang tuamu senang dengannya, dan sepertinya orang tuanya juga cukup menerimamu dengan hangat. Karena usia kalian sudah bukan 17 lagi, kamu pun melihat bahwa hubungan kalian cukup serius dan bisa jadi akan menuju ke jenjang selanjutnya.

Suatu hari, kamu menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh. Pacarmu berperilaku agak berbeda. Jarang membalas pesanmu di WhatsApp, dan beberapa kali menolak ajakanmu untuk makan sop kambing, yang merupakan makanan favoritnya. Pelan-pelan, kamu mulai berpikir, apakah pacarmu mulai bosan…makan sop kambing? Hmm, tidak mungkin. Atau jangan-jangan, pacarmu mulai bosan denganmu?

Setelah sebulan lebih, akhirnya kamu mengajaknya berbicara. Tepatnya, kamu bertanya, “Kamu lagi kenapa, sih?” Pacarmu diam saja, sampai akhirnya dia menarik napas panjang dan berkata, “Aku nggak kenapa-kenapa. Cuma lagi bosan aja.”

 

Analisa: 

Bosan? Cuma? Mendadak kepalamu seakan-akan dihantam oleh pantat seekor gajah yang besar. Memangnya, apa yang kamu lakukan selama ini? Kamu tidak merasa bahwa kamu adalah pacar yang super mengekang. Kamu senang juga pergi dengan teman-temanmu, dan tidak pernah melarangnya pergi dengan teman-temannya tanpa kamu. Ya, memang sih, intensitas kalian bertemu cukup tinggi, secara rumah kalian berdekatan. Tetapi memangnya kenapa? Dia tidak pernah protes selama ini. Mengapa bosan sekarang? Jangan-jangan dia naksir orang lain? 

Ya, kamu sedang panik dengan kata bosan. Wajar sekali, karena “Aku bosan” memang tidak semenyenangkan “Kamu cantik” atau “Aku sayang kamu”. Sekarang, pertanyaannya adalah, apa yang harus dilakukan dengan kebosanannya dia? Ketika kita sedang panik atau bingung, terkadang kita melakukan hal-hal bodoh yang berkebalikan dengan tujuan kita yang sebenarnya. Jadi, letakkan dulu handphone dan tenangkan kepalamu. Semua masalah pasti ada solusinya.

 

Solusi (pilihan ganda):

1. Beri dia waktu

Ketika seseorang sedang bosan, merongrongnya dengan pertanyaan dan desakan justru bisa berakibat fatal. Bayangkan kalau kamu sedang bosan bermain bersama kucingmu, tetapi kucingmu malah terus menghantui setiap saat. Tidak menyenangkan, bukan? Sama dengan pacar. Berilah pacarmu waktu sekitar dua minggu untuk ‘bernapas’; cobalah untuk maklum kalau dia tidak menghubungimu sama sekali. Baru setelah itu kamu lihat apa yang terjadi, apakah dia mulai mencarimu atau tidak.

2. Tanya apa maunya

Bukan, saya tidak menyarankanmu untuk berteriak sambil membanting piring, “Maumu apa sih??” Jangan. Pernah. Melakukan. Itu. Yang saya sarankan adalah untuk mengajaknya berdiskusi, dan tanyakan kepadanya, apa yang dia inginkan. Bosan itu memang hanya fase, tetapi untuk sebagian kasus, bisa juga menjadi akhir suatu hubungan apabila tidak dibicarakan dengan benar. Tunjukkan kalau kamu mengerti dan menerima kalau dia sedang bosan (sulit, memang, tetapi kalau mau yang mudah ya lebih baik kembali ke jaman TK saja). Buat dia nyaman dan merasa dimengerti olehmu, agar kalian bisa mencari solusi bersama demi kelangsungan hubungan.

3. Get a life

Mungkin, salah satu penyebab kebosanannya adalah karena kalian terlalu sering menghabiskan waktu bersama-sama. Ya, kebiasaan bersama itu memang sulit untuk dihilangkan. Mengapa kamu tidak mencoba kegiatan baru yang tidak melibatkan dia? Kegiatan baru di sini maksudnya hobi, ya, bukan genit-genitan dengan orang lain. Mungkin kamu juga perlu untuk meluangkan waktu dengan dirimu sendiri. Ini bukan berarti kalian tidak saling peduli lagi, tetapi berilah jarak juga untuk dirimu sendiri agar tidak terlalu attached dengan kebersamaan kalian. Kamu pun perlu bernapas.

 

Kasus hari ini selesai dikupas. Semoga apapun yang kamu pilih adalah yang terbaik untukmu. Jangan lupa, logika itu bukan musuh dari perasaan, melainkan partner yang sangat suportif. Good luck!