He Never Said He’s Not Available


Pengalaman pertama tidak menjadi pengalaman yang terakhir

 

It felt like fate. Sisil yang baru saja ikut daftar sebuah online dating site langsung match dengan Adit, pria pertama yang menarik perhatiannya. Sisil masih bingung apa yang harus ia lakukan di website tersebut, dan pesan pertama Adit hampir tidak ia jawab. Untungnya Sisil melihat notifikasi pesan baru sesaat sebelum ia menutup laptopnya.

Adit seperti wujud nyata pria idaman Sisil. Setiap topik pembicaraan dapat menghibur mereka selama ber jam-jam, sampai kadang Sisil lebih memilih memeriksa handphone untuk pesan terbaru dibandingkan membalas email kerjaan. Adit yang humoris dan menarik, membuat Sisil langsung berani mengiyakan ajakan untuk langsung bertemu dan mengobrol secara langsung. Rencana ngopi-ngopi santai untuk pertemuan pertama mereka sekejap berubah, Sisil yang awalnya berencana pulang sebelum matahari terbenam akhirnya menjadi pengunjung terakhir yang menginjakkan kaki keluar dari mal yang sudah gelap dan siap tutup.

We should do this again.” Ucap Sisil sambil tersenyum, dan Adit langsung setuju.

Pembicaraan seru terus berlanjut, namun Sisil mulai merasa ada sesuatu yang aneh di Adit. Flirting di awal pertemuan mereka yang sempat membuat Sisil tersipu sedikit demi sedikit berkurang, dan Adit semakin lama memperlakukan Sisil seperti seorang teman biasa. Ajakan dinner berubah menjadi ajakan lunch, dan emoticon 'wink' yang sebelumnya suka Adit gunakan sekarang nyaris tidak terlihat.

Sisil merupakan seseorang yang tidak pernah ragu untuk berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan, dan Sisil sadar kalau ia menginginkan Adit, maka dia harus tahu mengapa sikap Adit berubah. Tidak disangka jawaban Adit membuat Sisil merasa sedih sekaligus kesal.

It’s not you. Masalah benar-benar ada di aku. I thought I was ready. Aku minta maaf ya, aku ternyata belum siap memulai sesuatu yang baru. I didn’t mean to lead you on.”

Walau mereka baru saja berkenalan, namun ekspektasi akan romance sudah tercipta karena mereka bertemu di dating site. Sisil menghela napasnya, saat ia meninggalkan Adit hari itu, Sisil memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Adit.

Sepulangnya dari coffee shop Sisil sempat kembali membuka online dating site dimana ia bertemu dengan Adit. Tapi Sisil akhirnya memutuskan untuk tidak terburu-buru aktif kembali ke online dating site tersebut, karena ia tidak ingin menyakiti orang lain, seperti cara Adit menyakiti dirinya, hingga perasaannya netral kembali.

Setelah beberapa minggu berlalu Sisil sadar kalau dia memang kecewa tapi sebenarnya tidak patah hati. Online dating site tidak berbeda dengan dating pada umumnya, proses trial and error merupakan sesuatu yang pasti terjadi. Perbedaan hanya pada meeting point pertama. Saat Sisil mengingat kembali, tahap deg-degan di awal saat mereka mulai saling kirim pesan sebenarnya cukup seru. Sisil merasa lebih nyaman tidak harus bertatap muka langsung dari awal. Pertemuan dengan Adit yang terjadi setelah mereka sering ngobrol pun ternyata menyenangkan, dan Sisil merasa seperti bertemu dengan teman lama.

Sisil tidak ingin hidupnya berhenti karena satu pengalaman yang kurang sempurna (lagipula, apa sih yang sempurna di dunia ini?). Kadang manusia harus ditampar realita untuk punya keyakinan lebih, kekuatan lebih, dan kesabaran lebih untuk mencapai akhir yang bahagia. Setelah berkontemplasi, Sisil merasa sudah siap untuk 'hunting' lagi di online dating site. Dan setelah itu, tak ada keraguan lagi..